23 Feb 2016
Pada artikel sebelumnya, kita telah membuat struktur project lengkap dari database sampai ke web. Project tersebut juga telah dilengkapi dengan automated test dan sampel data.
Akan tetapi, di artikel terdahulu tersebut, kita harus menjalankan semua test tersebut melalui command line. Dengan demikian, bila ada programmer yang malas membuat automated test dan menjalankannya, kita tidak bisa mendeteksinya.
Untuk itu, kita akan mengkonfigurasi continuous integration, yaitu suatu scheduler yang memantau repository Git kita, dan menjalankan proses build pada waktu ada update di repository. Dengan demikian, apabila terjadi error, semua anggota tim bisa langsung mendapatkan notifikasi.
Ada beberapa tools untuk menjalankan proses ini. Pada jaman dahulu saya pernah juga menulis artikel tentang penggunaan CruiseControl dan Luntbuild. Tapi itu artikel jadul sekali, yang populer pada jaman sekarang adalah Travis dan Jenkins
Lanjut membaca ...
22 Feb 2016
Bila kita ingin memulai pembuatan suatu aplikasi, tentu ada hal-hal yang harus dipersiapkan dulu agar tim bisa bekerja dengan baik. Berikut adalah checklist hal-hal yang biasa saya siapkan sebelum project dimulai.
- Membuat Repository Git
- Membuat struktur file dan folder project
- Membuat satu flow utuh dari database sampai ke tampilan
- Membuat contoh automated test lengkap dengan sample datanya
- Setup continuous integration agar aplikasi dites secara otomatis dan berkala
- Setup continuous deployment agar setelah lulus tes otomatis, aplikasi langsung dideploy dan siap dites oleh tester
Karena langkahnya cukup banyak, maka artikel ini kita bagi menjadi beberapa bagian:
Kita mulai dengan Setup Project
Lanjut membaca ...
02 Feb 2016
Artikel ini sudah kadaluarsa, mengingat perkembangan Angular yang luar biasa cepat. Silahkan nonton video tutorialnya untuk mendapatkan versi yang lebih up to date.
Saat ini, framework front end yang kami gunakan di ArtiVisi, AngularJS, sudah merilis versi 2. Walaupun saat ini masih berstatus Beta, tapi menurut developernya sudah bisa digunakan untuk aplikasi berskala besar.
Menurut kabar berita, AngularJS versi 2 ini berbeda 180 derajat dengan versi 1 yang kami gunakan. Sekilas lihat, ternyata memang benar. AngularJS versi 2 ini menggunakan bahasa TypeScript, bukan JavaScript. Kode programnya malah lebih mirip Java daripada JavaScript.
Mumpung perbedaannya sangat signifikan, momen ini bisa digunakan untuk mengevaluasi alternatif lain. Setidaknya ada beberapa kandidat yang sebanding kelasnya (full framework, bukan library):
Bagaimana perbandingannya?
Lanjut membaca ...
05 Jan 2016
Beberapa minggu yang lalu, tim AngularJS merilis versi Beta dari AngularJS versi 2. Masih belum rilis Stable, tapi mereka menjanjikan bahwa versi ini cukup stabil untuk dipakai di production.
Seperti pada tulisan saya sebelumnya, seorang programmer harus selalu siap mempelajari teknologi baru. Setelah melihat tutorial Angular 2, kembali tulisan saya tadi terbukti. Banyak sekali teknologi baru yang belum saya pahami sejak terakhir eksplorasi teknologi di tahun 2014, padahal baru 2 tahun berlalu.
Apa saja teknologi baru tersebut?
Pada artikel ini, kita hanya akan bahas di sisi front-end saja, yaitu client-side JavaScript. Pada lain waktu kita akan bahas di sisi server-side.
Beberapa teknologi yang baru saya pelajari dengan rilisnya Angular 2 Beta ini adalah:
- Berbagai varian JavaScript : ES5, ES6, CoffeeScript, TypeScript
- Berbagai sistem modul untuk JavaScript, misalnya : CommonJS, RequireJS, AMD, dan ESM (fitur standar dari ES6)
- Berbagai library untuk melakukan loading modul, misalnya: browserify, webpack, SystemJS
- Berbagai framework untuk membuat aplikasi, misalnya: AngularJS, EmberJS, React, Flux
- Berbagai tools untuk melakukan test, misalnya: Karma, Jasmine, PhantomJS
- Berbagai tools untuk melakukan proses build dan otomasi, misalnya: Gulp, Grunt, Brunch, Broccoli, Jake, dsb
Wah banyak sekali?
Jangan khawatir, pada tulisan ini, kita akan kupas tuntas garis besarnya.
Kenapa judul artikelnya 2015? Kan sekarang sudah 2016.
Semua yang dibahas di sini adalah kondisi existing di tahun 2015. Di tahun 2016 ini, tentunya akan banyak perkembangan yang lebih canggih lagi.
Lanjut membaca ...
07 Dec 2015
Pada posting
sebelumnya, saya sudah menjelaskan tentang menjadi mahasiswa yang hi-tech. Yaitu dengan cara memanfaatkan teknologi dalam mengikuti perkuliahan sehingga hasilnya lebih maksimal. Tentunya tidak adil kalau peningkatan di sisi mahasiswa tidak diimbangi oleh dosennya.
Untuk itu, pada artikel kali ini, kita akan membahas bagaimana menjadi
dosen yang lihai memanfaatkan teknologi terbaru, agar impact yang dihasilkan
dari perkuliahannya menjadi maksimal.
Lanjut membaca ...