Living life and Make it Better

life, learn, contribute

Endy Muhardin

Software Developer berdomisili di Jabodetabek, berkutat di lingkungan open source, terutama Java dan Linux.

Source Code Milik Siapa ?

Malam ini, saya mendapatkan pertanyaan menarik di milis komunitas programmer. Berikut isinya.

hello all,

saya mau tanya, ketika kita bekerja di suatu perusahaan base on project single programmer, yang semua dikerjakan sendiri, dari mulai analis sampai coding, apakah source code hasil kerja kita adalah milik perusahaan? atau milik programmer ybs?

karena source code itu kita yang buat dari awal hingga menjadi suatu sistem aplikasi, programmer dikecewakan dianggap tidak memenuhi target atau alasan lain, saat tiba waktu deadline pimpinan perusahaan marah2 bentak2 kemudian dengan gampang perusahaan meminta source yang kita kerjakan? padahal programmer tsb sudah menyelesaikan pekerjaannya

sebagai programmer akhibat dikecewakan demi mempertahankan harga diri, akhirnya resign dan rela keluar dari perusahaan alias nganggur, programmer tidak rela memberikan source yg mjd hasil karyanya sendiri begitu saja

apakah ada hukum kemudian terjadi tuntutan perusahaan ke programmer untuk meminta source code tersebut ?

apakah source code hasil coding programmer adalah termasuk Hak Cipta Programmer?

mohon sharingnya, thanks

Berikut tanggapan saya

Pertama harus kita pisahkan dulu mana yang relevan mana yang tidak. Bahwa si penanya resign tidak secara baik-baik tidak relevan dengan kepemilikan source code. Bahkan sekalipun si penanya resign dengan terhormat, diberikan farewell party yang meriah, dapat suvenir yang ditandatangani seluruh karyawan, tidak akan mengubah kondisi kepemilikan source code.

Kalo mau jawaban yang lebih panjang dan berbagai kemungkinannya, bisa baca jawabannya Joel Spolsky di sini. Interesting read, tapi harus diperhatikan bahwa itu membahas hukum di Amerika sana, belum tentu sesuai untuk Indonesia.

Sebenarnya sih masalah ini sangat bisa diperdebatkan, malah mungkin bisa dibahas Karni Ilyas di ILC saking beragamnya pendapat. Tapi kalo mau terima saran saya, sudahlah move on dan lupakan saja. Tidak perlu kita pusingkan milik siapa dan apakah bisa dituntut atau tidak. Kenapa begitu?

  1. Dunia IT sempit. Di Indonesia sini, semua orang IT saling mengenal. Sekali kamu dapat reputasi ‘pencuri source code’, tamat sudah masa depan kamu. Terlepas dari benar/salah, tidak banyak orang yang mau repot verifikasi kebenarannya. Selain ‘pencuri source code’, satu lagi yang harus diwaspadai adalah ‘pencuri data’. Kalau nanti sempat dipercayakan akses ke data production, harus dijaga baik-baik.

  2. Pertengkaran memperebutkan source code hanya akan menghabiskan energi kita, menambah musuh, dan memperkaya Ruhut, Farhat, dan yang sejenisnya. Hidup cuma sebentar, kita harus pintar-pintar memilih pertempuran yang akan dijalani.

  3. Source code kamu tidak seberharga yang kamu bayangkan. Source code tanpa bisnis yang mendasarinya gak ada gunanya. Waktu saya kerja di perusahaan terdahulu, banyak beredar kabar tentang si anu dan si anu yang mencuri source code aplikasi core banking. Tapi di mana mereka sekarang? Belum ada terdengar mereka buka perusahaan penyedia aplikasi core banking dan sukses. Client bukan cuma butuh source code, tapi juga:

    • keyakinan bahwa vendornya bisa solve kalau ada problem
    • keyakinan bahwa vendornya akan terus support kalau ada perubahan atau bug
    • keyakinan bahwa vendornya tidak akan bangkrut dalam waktu dekat sehingga merepotkan mereka
  4. Apa yang sulit kamu bikin, belum tentu sulit bagi orang lain. Mahasiswa saya di kampus sering sekali mengeluh disuruh bikin tugas barang 4-5 tabel database saja. Dikasi waktu satu semester, masih juga gak selesai. Susah katanya. Mereka gak tau bahwa untuk programmer dengan jam terbang 1 tahun ke atas bisa mengerjakan 2 tabel database hanya dalam waktu 1 hari saja. So, apa yang mereka anggap berat dan gak selesai 1 semester, sebenarnya hanyalah kerjaan 3 hari belaka.

  5. Sebagai pekerja kreatif, kita seharusnya selalu merasa bahwa kita belum membuat hasil karya terbaik kita. Artinya, sehebat apapun hasil kerja kita di masa lalu, kita masih bisa membuat yang lebih canggih lagi. Dengan mentalitas seperti ini, kita akan merasa lebih ringan untuk merelakan apapun yang kita sudah pernah kerjakan.

Tidak apa-apalah mereka mengambil aplikasi saya yang itu. Toh saya masih punya yang jauh lebih baik. Mana dia? Ini sedang saya kerjakan.

Begitulah sikap yang lebih baik.

Lagipula, sekedar source code saja apa hebatnya. Source code Linux saja yang sedemikian hebatnya dibagi-bagikan gratis.